Media Pembelajaran
Klasifikasi
Media Pembelajaran Dalam Pendidikan
Media pembelajaran merupakan komponen
instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya
berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan
teknologi), media pendidikan (pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan
tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan
kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan
klasifikasi atau pengelompokan media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi
media pendidikan/pembelajaran.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut
telah dilakukan oleh beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media
berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan
simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar
(telecommunication) dan media rekam(recording). Dengan demikian, media menurut
taksonomi Bretz dikelompokkan menjadi 8 kategori:
1) media audio visual gerak,
2) media audio visual diam,
3) media audio semi gerak,
4) media visual gerak,
5) media visual diam,
6) media semi gerak,
7) media audio, dan
8) media cetak.
Pengelompokan menurut tingkat kerumitan
perangkat media, khususnya media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan,
dengan menyusun suatu hirarki. Dari hirarki yang digambarkan oleh Duncan dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat hirarki suatu media,
semakin rendah satuan biayanya dan semakin khusus sifat penggunaannya. Namun
demikian, kemudahan dan keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga
sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki paling rendah. Schramm (dalam
Sadiman, dkk., 1986) juga melakukan pengelompokan media berdasarkan tingkat
kerumitan dan besarnya biaya. Dalam hal ini, menurut Schramm ada dua kelompok
media yaitu big media (rumit dan mahal) dan little media (sederhana dan murah).
Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media kelompok, dan
media individu, yang didasarkan atas daya liput media.
Beberapa ahli yang lain seperti Gagne,
Briggs, Edling, dan Allen, membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang
lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat
medianya sendiri. Gagne misalnya, mengelompokkan media berdasarkan tingkatan
hirarki belajar yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media
seperti: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar
diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan
media menjadi 13 jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media
dengan karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah:
objek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak,
pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film
(16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka
media pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu
sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002)
mengklasifikasikan media atas empat kelompok:
1) media hasil teknologi cetak,
2) media hasil teknologi audio-visual,
3) media hasil teknologi berbasis komputer,
dan
4) media hasil gabungan teknologi cetak dan
komputer.
Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002)
membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
- Media tradisional dan. Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realita.
- Media teknologi mutakhir. Pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).
Dari beberapa pengelompokkan media yang
dikemukakan di atas, tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu
kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata
lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya,
terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak
akan pernah ada suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan
berlaku umum. Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang ditempuh
dalam mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan informasi tentang
spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media yang
sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi
dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang
sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.
Komentar
Posting Komentar